Sabtu, 12 Desember 2009

Perjuangan Mama

Semalam, tepatnya tanggal 11 Desember 2009, saya dikejutkan oleh kabar berita duka. teman seangkatan saya telah dipanggil Tuhan... menuju tempat peristirahatan terakhir.

saya pun langsung membuka Fb nya (jujur, untuk saat2 ini saya membuka internet lebih untuk masalah pekerjaan, selain itu saya lagi disibukkan masalah mengetik dan mengetik yang belum terselesaikan).

ada haru, sedih, terenyuh, ketika melihat Fb itu. foto2 ketika dia terbaring di ICU penuh dengan selang, foto2 ketika dia tetap berusaha tegar, dan foto ketika seorang ibu selalu mendampingi anaknya dalam keadaan apapun....

mengingatkan saya pada tahun 1998, ketika kerusuhan terjadi...

13 mei 1998
mama mendatangi saya di asrama, mama membawakan saya nasi dan lauk pauk untuk makan siang...

mama saya seorang aktivis sosial yang bekerja pada suatu rumah sakit, setiap saya meminta beliau untuk tidak bekerja (khusunya tanggal 13 mei ini), mama pasti berkata "nanti kalau ada yg sakit siapa yang ngobatin kalau semua takut masuk?"

lalu saya kembali masuk kelas, dan mama melanjutkan perjalanan ke rumah sakit. selang beberapa jam, sekolah dibubarkan karena kerusuhan yang mulai tidak bisa dikontrol.
saya kembali ke asrama, teringat mama yang sedang dalam perjalanan ke rumah sakit... telp umum mengantri... saya menangis dan hanya bisa menangis. pintu depan sekolah sudah mulai didatangi orang2 yang ingin mendobrak sekolah kami. saya dan teman2 sudah siap dengan tas yang berisi barang berharga seadanya (pesan dari suster , isilah tas kalian dengan barang2 yang tidak merepotkan kalian), bersiap kabur bila massa berhasil masuk.

Tuhan masih melindungi, pintu depan terlalu kokoh untuk didobrak... disaat yang penuh kekalutan, satu persatu teman2 saya mulai dijemput oleh keluarga mereka... saya tidak ingin dijemput, saya aman disini, saya hanya ingin tahu kabar mama... dan mama datang menjemput saya.

dengan tenang, mama berkata "ayo kita pulang"
banyak pertanyaan yang keluar dari mulut saya, naik apa? lewat mana?, sama siapa? tapi mama tetap diam dan menggenggam tangan saya...

kita berjalan, ya kita, hanya kita berdua (saya dan mama), dua wanita tanpa pikiran macam2, yang diingat saat itu adalah pulang... melewati barisan tentara, melewati serombongan motor, melewati para penjarah2... kalau dipikir2 betapa nekatnya kita saat itu. mencari taksi, dan tujuan kita mencari di gambir, dan kita berjalan kaki dari juanda menuju gambir (tidak ada kendaraan sama sekali di sepanjang jalan, kosong)...

tapi mama tetap menenangkan saya, bahkan sesekali mama bergurau, kalau mama tidak kerja, kamu gak bisa pulang...

di gambir kita bisa mendapat taksi, dan langsung menuju kantor papa di bandara. tidak perlu diceritakan perjalanan dari jakarta menuju bandara... tetap mencekam, tapi saya merasa aman dengan mama di samping saya...

Mama,
cerita ini selalu menjadi cerita kita tiap tahun
tangan mu sudah mulai melemah
kulitmu sudah mulai berkerut
matamu sudah mulai merabun
tapi cintamu tetap selalu utuh

mama,
kau mengajarkan aku suatu perjuangan
ketulusan untuk yang kau cintai
melebihi dirimu sendiri

terima kasih mama
aku pun akan menjadi mama yang kuat seperti dirimu
untuk keluarga ku nanti, untuk suami kuw dan untuk anak2 kuw kelak

Tidak ada komentar: