Aku hanyalah pelangi
Yang memuja sang langit
Mencumbu mentari
dan merangkul nirwana
Aku hanyalah pelangi
Yang hanya bisa tertunduk diam
Menatap lekat pelayan Sang Kuasa
Dalam setiap detik nafas kehidupan
Aku hanyalah pelangi
Yang mencinta dengan utuh
Hingga legam dunia tak terasa
Walau rintihan jiwa mengoyak luka
Aku hanyalah pelangi
Yang kosong dan hampa
Tertatih, terjatuh... kemudian
Menghilang...
Aku hanyalah pelangi
Yang tercipta dari butiran air mata
Sepenggal harapan
Dan sebongkah cinta
Aku adalah PelangiMu.....
BSD, 9 August 2012 - 21.00
Minggu, 19 Agustus 2012
Jumat, 10 Agustus 2012
Bunga Senja
Dingin merengkuh angin pagi
Menatap sendu bunga senja
Dari balik bingkai kacamata
Yang perlahan mulai berembun
Kau usap kaca itu
Menjernihkan semua penglihatan
Dan bunga menatap rindu
Kau terpaku dan menghindar
Ya.. kau benci bunga senja
Seperti kau membenci cinta
Walaupun indah menghias jiwa
Tetapi membuatmu terkulai lemas
Bunga senja tetaplah bunga
Entah kau mencinta atau tidak
Bunga seja tetaplah cinta
Yang mulai merasuk dalam jiwa sadarmu
Karena bagi kau
Bunga senja dan cinta adalah Satu
Sesuatu yang sangat kau benci
Tapi mulai kau cintai
Bunga senja melayu
Kelopaknya mengering perlahan
Hingga sang mentari datang
Bunga senja tidak pernah mati
Bunga senja hidup dengan cinta
Untuk Dia Sang Pencipta dan kau pembenci cinta
Cikanyere, 3 Agustus 2012
Di sela-sela session
*Tiba-tiba merindukan sapa dan hangat senyumnya
Selasa, 07 Agustus 2012
Lukamu
Entah berapa jam aku berdiri
Dalam pekatnya hati
Dinginnya jiwa
Dan hilangnya cinta
Peluh mengalir tanpa batas
Ku tetap terdiam dengan harap
Walau terik sangkakala tetap setia
Menghujam bagai sembilu
Tetap menunggu dirimu
Dalam ketidakpastian
Walau pikiran mulai tak sejalan
Dengan semua kalimat yg kau susun untukku
Ku kembali dengan hampa
Membawa pesan yang tak sempat kusampaikan
kaki ini mencoba melangkah
Mengikuti kemana hati ini berbisik
Disini diriku, di ruang hijau berbalut putih
Menatap dirimu yang terkulai lemah
Tetesan air mata tak dapat lagi kuseka
Menyesali semua egoku
Berada di sampingmu
Menggenggam tanganmu
Membelai lembut keningmu
Dan mendengar semua kisahmu
Maaf bila hatimu terluka
Dan maaf bila aku kembali
Tidak untuk membuat luka
Ku hanya ingin menyembuhkan Lukamu
Jakarta, 7 Mei 2012
Kamar Kost
08.00am
Dalam pekatnya hati
Dinginnya jiwa
Dan hilangnya cinta
Peluh mengalir tanpa batas
Ku tetap terdiam dengan harap
Walau terik sangkakala tetap setia
Menghujam bagai sembilu
Tetap menunggu dirimu
Dalam ketidakpastian
Walau pikiran mulai tak sejalan
Dengan semua kalimat yg kau susun untukku
Ku kembali dengan hampa
Membawa pesan yang tak sempat kusampaikan
kaki ini mencoba melangkah
Mengikuti kemana hati ini berbisik
Disini diriku, di ruang hijau berbalut putih
Menatap dirimu yang terkulai lemah
Tetesan air mata tak dapat lagi kuseka
Menyesali semua egoku
Berada di sampingmu
Menggenggam tanganmu
Membelai lembut keningmu
Dan mendengar semua kisahmu
Maaf bila hatimu terluka
Dan maaf bila aku kembali
Tidak untuk membuat luka
Ku hanya ingin menyembuhkan Lukamu
Jakarta, 7 Mei 2012
Kamar Kost
08.00am
Rabu, 01 Agustus 2012
Menjadi MempelaiMU
Dia lagi, dia lagi… Kenapa gadis itu datang kembali.
Dan tiba-tiba wajahnya selalu hadir di setiap hariku.
Nov
2011
Berawal
dari sebuah sebuah misa sore. Aku
menatap matanya dan ragu menjabat tangannya, aku jatuh cinta saat itu juga.
Jantung ini serasa berhenti berdetak dan aku ingin berlari menyembunyikan raut
wajah yang panik. “Bapa, apa dia melihat gugup dalam raut wajah
ku?” (tanyaku dalam hati). Aku ingin sekali
bertemu dengannya kembali, aku mencarinya di tiap sudut gereja, tetapi dia
menghilang entah kemana. Sampai akhirnya
aku harus kembali, kuambil sepeda kumbangku eh maksudku sepeda motor ku dan
bergerak pulang, dan ternyata kami berpapasan kembali, bak adegan di AADC (Ada
Apa Dengan Cinta), hitungan ketiga setelah berpapasan aku menengok kebelakang
melihat dirinya, dan dia juga sedang melihat ke arahku dan kami bertatapan
(semakin berbunga-bunga hati ini). “Bapa, dia manis sekali, aku ingin
mengenalnya… hanya mengenalnya Bapa, aku berjanji”.
Gadis
itu terlalu sederhana, kulitnya sawo matang, matanya seperti bulan sabit,
mukanya bulat, tetapi ada yang menarik di dirinya yang membuat hati ini
bergemuruh, ya aku ingat… senyum itu, senyumnya yang telah membuatku terpana.
Minggu
demi minggu berlalu, dan tiap minggu pula aku akan mencarinya di tiap sudut
gereja, dan dia tidak ada. Aku ingin
sekali bertemu dia, antara ingin dan tidak, entahlah
Des
2011
aku
bertemu dengan nya kembali. Tidak di dalam gereja, dia tertunduk sedih di depan
Gua Maria. Matanya menatap ke arahku, aku melihatnya dan memberikan senyum kecil. Aku melihatnya menangis dengan
tersenyum, entah apa yang sedang dia pikirkan. Aku terlalu takut
menghampirinya,aku terlalu takut menanyakan namanya,aku terlalu takut ….. “Bapa, tolong jaga dia disana”, dan aku
bergegas pergi dengan air mata yg mulai menetes.
Aku
mulai menantikan kehadirannya…. Berharap dia akan datang, berharap aku akan
dapat melihat senyum nya kembali. Aku mulai merindukannya, mendoakannya tiap
saat, dan selalu bertanya pada Sang Kuasa “Bapa, sedang apakah dia disana?
Apakah dia baik-baik saja? Aku rindu padanya Bapa…”
Feb
2013
Dan
kali inipun saya tidak dapat menemukan kehadirannya diantara umat yang hadir
dalam perayaan ekaristi, sampai tiba-tiba dia muncul dari balik tubuh seorang
umat (aku rasa dia memang bersembunyi hingga acara dimulai, dia sengaja ingin
membuat kejutan buatku),lalu tersenyum manis kepadaku (ini sepertinya aku yg
kepedean deh…). Ya, aku memang mau dia hadir tapi yang terjadi, aku bingung dan
akhirnya aku kena omel seniorku karena tidak berkonsentrasi. “Bapa, terima kasih karena kau telah hadirkan
dia disini saat ini”
Ada
saat dimana aku harus bertugas, dan ketika aku dihadapkan pada gadis itu, aku
tidak berani menatapnya. Aku tahu gadis itu kecewa, aku tahu dia pun ingin
mengenal diriku, dan aku tahu dia bingung karena sikapku yang aneh, aku tahu
dia ingin berteman dengan ku. Aku yang dahulu bisa tersenyum padanya, saat ini
aku lebih memilih menghindar… maafkan aku
Juni
2013
Bapa,
apa yg sedang terjadi? Mengapa aku mengalami rasa ini… dan aku bergegas menuju
kamarku dan mulai berdoa, sampai Bapa
menyapaku dengan ramah, lalu duduk di tepi tempat tidurku
Aku
: Mencoba menawari Nya duduk di kursi. Sebelum aku bertanya, Dia sudah menjawab
Bapa
: Aku ingin duduk disebelahmu agar aku mudah untuk memelukmu saat ini
Aku : Terdiam membisu
Bapa : Bagaimana
kegiatanmu akhir-akhir ini?
Aku : Oh… hmmm baik
Bapa : Kamu senang?
Aku : Apa? Ohh senang
Bapa : Ga mau curhat?
Kata teman-teman mu kalau kamu tidak dekat dengan Ku, kamu akan GALAU
Aku : ahh Bapa tahu dari
mana kata galau? (kataku dalam hati) tetap terdiam
Bapa : Masih memikirkan
dia?
Aku : Dia siapa?
(berusaha menyembunyikan semuanya)
Bapa : Kamu rindu dengan
gadis itu ya, gadis yg selalu membuatmu panik setiap bertemu
Aku : Hahh, Bapa tahu
darimana?
Bapa : Aku kan Bapamu,
Aku tahu apa yang ada dalam hatimu
Aku : oh iya yaaa…
(menghela nafas panjang) Bapa….
Bapa : iya, dia juga
rindu padamu dan selalu berdoa untukmu
Aku : ahhh Bapa, serius?
Dia juga rindu padaku (tersenyum bahagia), dia berdoa apa
Bapa : ihh kamu mau tahu
aja… rahasia itu
Aku : please Bapa…
please…
Bapa : Dia tidak berdoa
padaku, dia selalu berdoa pada IbuKu
Aku : Kenapa berdoa pada
Bunda Maria
Bapa : Ibu Ku berkata,
dia takut Aku akan marah, bila dia mendoakanmu… hahahaha, gadis itu lucu juga
ternyata. Menurut cerita Ibu Ku, gadis itu selalu menutup doanya dengan berkata
“Bunda, jangan beritahukan Yesus ya, aku takut Dia marah”
Aku : (tersenyum tiada
henti) lalu isi doanya?? (makin penasaran)
Bapa : dia ingin kau
setia pada Ku, dia selalu memohon Ibu Ku untuk menjagamu disini
Aku : Bapa, aku selalu
berdoa untuknya, agar Bapa selalu menjaganya, agar senyum itu dapat dia bagikan
kepada orang lain… apa Bapa mendengar doaku?
Bapa : Tentu saja
anakKu, aku selalu menjaganya. Bahkan aku memeluknya disaat dia merindukan mu.
Sama seperti saat ini dimana kamu begitu merindukan dia
Aku : (mulai meneteskan
air mata) aku merindukan dia Bapa, sangat merindukan dia. Aku tidak tahu Bapa,
aku mencintai dia
Bapa : (memeluk diriku
dengan lebih erat) iya Aku tahu. Kamu dan dia berada dalam panggilan yang
berbeda
Aku : Iya, aku tahu
Bapa. Aku masih diperbolehkan bertemu dengan nya?
Bapa : (mengangguk, lalu
tersenyum)
Aku : Bapa….
Bapa : Iya, dia juga
menanyakan hal yg sama… aku tidak marah
Aku : Kok Bapa tahu arah
pertanyaan ku?
Bapa : Aku kan Bapamu,
ya pasti tau lah (sambil mengusap rambutku). Rambutmu sudah panjang, besok
dipotong ya
Aku : Iya Bapa….
Bapa : Aku tidak marah.
Aku yang mengenalkan cinta pada kalian . Asalkan cinta nya tidak berubah jadi
ingin memiliki, lalu jadi ingin yg lebih lagi… kamu tahu kan maksud Bapa
Aku : Bapa, terima kasih
Bapa : Iya, sama-sama.
Sudah larut malam, saatnya kamu beristirahat. Terima kasih mau menerima Ku
malam ini
Aku : Terima kasih juga untuk sudah menghapus galau
ku
Ku melewati hari-hari
seperti biasa, bertemu dengan gadis itu, tetap melihat senyumnya. Dan aku
tetaplah aku, melangkah dalam panggilan MU, menjadi MEMPELAI MU
*Di belahan dunia yang
lain, seorang gadis bersujud dan berdoa “Bunda, jaga dia disana. Jaga dia agar selalu setia menjadi pelayan
AnakMu. Melihat senyumnya telah membuatku bahagia. Bunda, seperti biasa, jangan bilang Yesus ya,
terima kasih Bunda”
Rabu, 02 Mei 2012
Kemurnian Cinta
Ketika langkah beranjak ragu
Menapak pada tahapan lunglai
Perlahan seakan ingin berbalik
Menunduk, menatap, kemudian terdiam
Dan tiba dihadapan
Tiada lagi tempat berpijak
Sangat dekat tanpa batas
Sunyi walau sempat terucap satu kata
kembali menepi dan tersujud
Menyeka air mata
Yang mulai menetes perlahan
Dalam kemurnian cinta
Misa Sore18.00
Cikanyere, 27 April 2012
Menapak pada tahapan lunglai
Perlahan seakan ingin berbalik
Menunduk, menatap, kemudian terdiam
Dan tiba dihadapan
Tiada lagi tempat berpijak
Sangat dekat tanpa batas
Sunyi walau sempat terucap satu kata
kembali menepi dan tersujud
Menyeka air mata
Yang mulai menetes perlahan
Dalam kemurnian cinta
Misa Sore18.00
Cikanyere, 27 April 2012
Cerita Hati
Terduduk sendiri di dalam kereta kencana putihmu
Seakan tak peduli seseorang menatapmu diatas sana
Mengapa hanya diam ketika tangan ini ingin menggapai
Mengapa hanya diam ketika melihat air mata ini menetes
Mengapa hanya diam ketika jiwa ini mulai layu
Dan kemudian...
Kau menyeka air mata itu
Bukan dari mataku... tetapi dari matamu
Cikanyere, 24 Des 2011
Seakan tak peduli seseorang menatapmu diatas sana
Mengapa hanya diam ketika tangan ini ingin menggapai
Mengapa hanya diam ketika melihat air mata ini menetes
Mengapa hanya diam ketika jiwa ini mulai layu
Dan kemudian...
Kau menyeka air mata itu
Bukan dari mataku... tetapi dari matamu
Cikanyere, 24 Des 2011
Minggu, 22 Januari 2012
Bidadari Malam
Sang bidadari malam
Menangis di ujung senja
Berharap menjelma
Menjadi manusia
Sang bidadari malam
Termenung di peraduan sang bulan
Bercerita pada sang bintang
Lalu terlelap berselimutkan sangkakala
Sang bidadari malam
Terpendam dalam semua asa
Perih dan rindu hati bagaikan suara merdu
Yang tak akan pernah dapat dimengerti
Sang bidadari malam
Diam… lalu pergi…
Meninggalkan raga dan hatinya
Dengan senyuman
23 January 2012
Pepes Bandeng ala Dee
Hari ini setelah pulang Gereja, saya dan mama menyempatkan mampir di Pasar Moderen BSD. Tujuan utama adalah wisata kuliner. Langsung menuju tempat makan favorit saya, entah mengapa saya pingin banget telp papa. Setelah tersambung… jreng2, ternyata papa ada di pasar modern juga.
Akhirnya saya menyusul papa (ga usah nanya papa ada dimana, saya sudah hafal lokasi2 papa kalau lagi belanja).
Setelah berdiskusi (jiahhh, di pasar pakai diskusi), akhirnya kita memutuskan untuk memasak cumi goreng tepung, pepes ikan bandeng, dan sop baso tahu.
Untuk saat ini, saya kasih resep pepes ikan bandengnya dulu ya. Ini bahan-bahannya :
Bahan Utama : Ikan Bandeng 1 ekor (kurang lebih 800gr)
Garam 2sdt
Jeruk nipis 2 buah
Bumbu 1 (haluskan) : bawang merah 10 siung
Bawang putih 5 siung
Kemiri 8 buah
Jahe 1 ruas
Cabai merah 15 buah
Bumbu 2 : daun salam
Daun jeruk
Sereh (potong kasar)
Bahan pelengkap : daun pisang
Daun kemangi
Minyak goreng 2 sdm
Cara Membuat :
1. Bersihkan ikan bandeng, lalu belah dari sisi atas,
Lumuri dengan garam serta jeruk nipis, diamkan beberapa saat agar bumbu meresap
2. Siapkan bumbu 1, kemudian haluskan
3 3. Bandeng yang telah dibumbui, ditaruh ke penggorengan yang telah dialasi daun pisang dan diberi sedikit minyak
4. kemudian bumbui bandeng dengan bumbu1 yang telah dihaluskan
S 5. Setelah merata, diamkan kurang lebih 30menit
6. Lalu berikan bumbu (2) pada ikan bandeng tadi
7. Yang terakhir, beri daun kemangi
8. Tutup ikan dengan daun pisang kembali
9. Lalu masak dengan api kecil selama kurang lebih 1 jam
Bagi saya, resep pepes ini yang paling simple dan rasanya boleh diadu dengan pepes yang mengunakan dua kali proses pemasakan yang berbeda.
Selamat mencoba
Pepes Bandeng ala Dee |
BSD, 22 Januari 2012
Hitam
Dia datang dengan ketiadaan
Menyeruak di dalam sekumpulan manusia pemuja
Wajahnya tertunduk, menyiratkan kewaspadaan
Tidak ada ucapan, hanya sedikit anggukan
Sesekali menatapnya, agar ia berbicara
Tidak.. ia tetap terdiam
Jam usaipun akan tetap beku
Ia menghilang layaknya angin
Dan aku melangkah di antara bulir keputusasaan
Mencari sosoknya… pria berjubah hitam
Wajah itu… wajah? TIdak.. bahkan aku tidak ingat wajahnya
Lalu bagaimana akan menemukannya
Ketika hanya dapat mengingat punggungnya
Menatap bahunya, dan mengagumi setiap gerakannya
Entah… mungkin memang hanya untuk dikagumi
Walaupun aku sangat ingin menyentuhnya
BSD, 22 January 2012
Langganan:
Postingan (Atom)