Dia lagi, dia lagi… Kenapa gadis itu datang kembali.
Dan tiba-tiba wajahnya selalu hadir di setiap hariku.
Nov
2011
Berawal
dari sebuah sebuah misa sore. Aku
menatap matanya dan ragu menjabat tangannya, aku jatuh cinta saat itu juga.
Jantung ini serasa berhenti berdetak dan aku ingin berlari menyembunyikan raut
wajah yang panik. “Bapa, apa dia melihat gugup dalam raut wajah
ku?” (tanyaku dalam hati). Aku ingin sekali
bertemu dengannya kembali, aku mencarinya di tiap sudut gereja, tetapi dia
menghilang entah kemana. Sampai akhirnya
aku harus kembali, kuambil sepeda kumbangku eh maksudku sepeda motor ku dan
bergerak pulang, dan ternyata kami berpapasan kembali, bak adegan di AADC (Ada
Apa Dengan Cinta), hitungan ketiga setelah berpapasan aku menengok kebelakang
melihat dirinya, dan dia juga sedang melihat ke arahku dan kami bertatapan
(semakin berbunga-bunga hati ini). “Bapa, dia manis sekali, aku ingin
mengenalnya… hanya mengenalnya Bapa, aku berjanji”.
Gadis
itu terlalu sederhana, kulitnya sawo matang, matanya seperti bulan sabit,
mukanya bulat, tetapi ada yang menarik di dirinya yang membuat hati ini
bergemuruh, ya aku ingat… senyum itu, senyumnya yang telah membuatku terpana.
Minggu
demi minggu berlalu, dan tiap minggu pula aku akan mencarinya di tiap sudut
gereja, dan dia tidak ada. Aku ingin
sekali bertemu dia, antara ingin dan tidak, entahlah
Des
2011
aku
bertemu dengan nya kembali. Tidak di dalam gereja, dia tertunduk sedih di depan
Gua Maria. Matanya menatap ke arahku, aku melihatnya dan memberikan senyum kecil. Aku melihatnya menangis dengan
tersenyum, entah apa yang sedang dia pikirkan. Aku terlalu takut
menghampirinya,aku terlalu takut menanyakan namanya,aku terlalu takut ….. “Bapa, tolong jaga dia disana”, dan aku
bergegas pergi dengan air mata yg mulai menetes.
Aku
mulai menantikan kehadirannya…. Berharap dia akan datang, berharap aku akan
dapat melihat senyum nya kembali. Aku mulai merindukannya, mendoakannya tiap
saat, dan selalu bertanya pada Sang Kuasa “Bapa, sedang apakah dia disana?
Apakah dia baik-baik saja? Aku rindu padanya Bapa…”
Feb
2013
Dan
kali inipun saya tidak dapat menemukan kehadirannya diantara umat yang hadir
dalam perayaan ekaristi, sampai tiba-tiba dia muncul dari balik tubuh seorang
umat (aku rasa dia memang bersembunyi hingga acara dimulai, dia sengaja ingin
membuat kejutan buatku),lalu tersenyum manis kepadaku (ini sepertinya aku yg
kepedean deh…). Ya, aku memang mau dia hadir tapi yang terjadi, aku bingung dan
akhirnya aku kena omel seniorku karena tidak berkonsentrasi. “Bapa, terima kasih karena kau telah hadirkan
dia disini saat ini”
Ada
saat dimana aku harus bertugas, dan ketika aku dihadapkan pada gadis itu, aku
tidak berani menatapnya. Aku tahu gadis itu kecewa, aku tahu dia pun ingin
mengenal diriku, dan aku tahu dia bingung karena sikapku yang aneh, aku tahu
dia ingin berteman dengan ku. Aku yang dahulu bisa tersenyum padanya, saat ini
aku lebih memilih menghindar… maafkan aku
Juni
2013
Bapa,
apa yg sedang terjadi? Mengapa aku mengalami rasa ini… dan aku bergegas menuju
kamarku dan mulai berdoa, sampai Bapa
menyapaku dengan ramah, lalu duduk di tepi tempat tidurku
Aku
: Mencoba menawari Nya duduk di kursi. Sebelum aku bertanya, Dia sudah menjawab
Bapa
: Aku ingin duduk disebelahmu agar aku mudah untuk memelukmu saat ini
Aku : Terdiam membisu
Bapa : Bagaimana
kegiatanmu akhir-akhir ini?
Aku : Oh… hmmm baik
Bapa : Kamu senang?
Aku : Apa? Ohh senang
Bapa : Ga mau curhat?
Kata teman-teman mu kalau kamu tidak dekat dengan Ku, kamu akan GALAU
Aku : ahh Bapa tahu dari
mana kata galau? (kataku dalam hati) tetap terdiam
Bapa : Masih memikirkan
dia?
Aku : Dia siapa?
(berusaha menyembunyikan semuanya)
Bapa : Kamu rindu dengan
gadis itu ya, gadis yg selalu membuatmu panik setiap bertemu
Aku : Hahh, Bapa tahu
darimana?
Bapa : Aku kan Bapamu,
Aku tahu apa yang ada dalam hatimu
Aku : oh iya yaaa…
(menghela nafas panjang) Bapa….
Bapa : iya, dia juga
rindu padamu dan selalu berdoa untukmu
Aku : ahhh Bapa, serius?
Dia juga rindu padaku (tersenyum bahagia), dia berdoa apa
Bapa : ihh kamu mau tahu
aja… rahasia itu
Aku : please Bapa…
please…
Bapa : Dia tidak berdoa
padaku, dia selalu berdoa pada IbuKu
Aku : Kenapa berdoa pada
Bunda Maria
Bapa : Ibu Ku berkata,
dia takut Aku akan marah, bila dia mendoakanmu… hahahaha, gadis itu lucu juga
ternyata. Menurut cerita Ibu Ku, gadis itu selalu menutup doanya dengan berkata
“Bunda, jangan beritahukan Yesus ya, aku takut Dia marah”
Aku : (tersenyum tiada
henti) lalu isi doanya?? (makin penasaran)
Bapa : dia ingin kau
setia pada Ku, dia selalu memohon Ibu Ku untuk menjagamu disini
Aku : Bapa, aku selalu
berdoa untuknya, agar Bapa selalu menjaganya, agar senyum itu dapat dia bagikan
kepada orang lain… apa Bapa mendengar doaku?
Bapa : Tentu saja
anakKu, aku selalu menjaganya. Bahkan aku memeluknya disaat dia merindukan mu.
Sama seperti saat ini dimana kamu begitu merindukan dia
Aku : (mulai meneteskan
air mata) aku merindukan dia Bapa, sangat merindukan dia. Aku tidak tahu Bapa,
aku mencintai dia
Bapa : (memeluk diriku
dengan lebih erat) iya Aku tahu. Kamu dan dia berada dalam panggilan yang
berbeda
Aku : Iya, aku tahu
Bapa. Aku masih diperbolehkan bertemu dengan nya?
Bapa : (mengangguk, lalu
tersenyum)
Aku : Bapa….
Bapa : Iya, dia juga
menanyakan hal yg sama… aku tidak marah
Aku : Kok Bapa tahu arah
pertanyaan ku?
Bapa : Aku kan Bapamu,
ya pasti tau lah (sambil mengusap rambutku). Rambutmu sudah panjang, besok
dipotong ya
Aku : Iya Bapa….
Bapa : Aku tidak marah.
Aku yang mengenalkan cinta pada kalian . Asalkan cinta nya tidak berubah jadi
ingin memiliki, lalu jadi ingin yg lebih lagi… kamu tahu kan maksud Bapa
Aku : Bapa, terima kasih
Bapa : Iya, sama-sama.
Sudah larut malam, saatnya kamu beristirahat. Terima kasih mau menerima Ku
malam ini
Aku : Terima kasih juga untuk sudah menghapus galau
ku
Ku melewati hari-hari
seperti biasa, bertemu dengan gadis itu, tetap melihat senyumnya. Dan aku
tetaplah aku, melangkah dalam panggilan MU, menjadi MEMPELAI MU
*Di belahan dunia yang
lain, seorang gadis bersujud dan berdoa “Bunda, jaga dia disana. Jaga dia agar selalu setia menjadi pelayan
AnakMu. Melihat senyumnya telah membuatku bahagia. Bunda, seperti biasa, jangan bilang Yesus ya,
terima kasih Bunda”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar